Parigi, Harianpos –Berawal dari desakan kebutuhan ekonomi membuat Muhammad Asri (28) memutar otak bagaimana caranya memenuhi kebutuhan keluarga.
Asri merupakan pemuda kelahiran desa Ogobayas, Kecamatan Mepanga, Kabupaten Parigi Moutong.
Bagi Asri, mengandalkan hasil pertanian saja tentu tak cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari kondisi itulah muncul sebuah ide usaha produksi makanan ringan di benak pria murah senyum tersebut.
Dengan modal dan kondisi seadanya, Asri dengan berani membuat usaha produksi makanan ringan berupa Kripik Pisang untuk menambah penghasilannya.
Pada awalnya, usaha tersebut mengalami masa-masa sulit, mulai dari proses pemasaran hingga sering mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan modal.
Namun berkat kerja keras dan keuletan pria 28 tahun tersebut usahanya kini sudah mulai dikenal di kalangan masyarakat dengan nama brand ‘Pensa Kripik Pisang Sederhana‘
“Alhamdulilah usaha saat ini sudah berjalan dua tahun, saya menggunakan nama brand Pensa Kripik Pisang Sederhana, mengapa sederhana, karena memang dari tampilah terlihat sederhana dan harganya juga sangat sederhana. seperti pemiliknya sederhana, tetapi soal rasa boleh dicoba” ucap Asri kepada media ini Minggu, (05/11/2023).
Untuk bahan baku kata Asri, bahan yang dia gunakan adalah pisang tanduk dengan menambah beberapa varian rasa, dan harganya pun terjangkau.
“Saya menggunakan bahan utama pisang tanduk, untuk proses pengolahan ditambahkan empat varian rasa yaitu original, cokelat, balado, dan gula merah, untuk harga dari yang rasa cokelat 10 ribu, sedangkan yang lainnya hanya dengan 5 ribu,” kata Asri.
Proses pemasaran pun sedikit berbeda, Asri mengatakan, dirinya melakukan pemasaran secara personal kepada calon pelanggan dengan mendatangi secara langsung.
“Jadi proses pemasaran saya, jualan langsung kepada calon pembeli, seperti jual di kantor-kantor Pemerintahan, kantor desa, kantor camat di dinas-dinas pun saya lakukan,” ungkap asri.
Di sisi lain, Asri mengatakan dirinya masih keterbatasan sumber daya dan juga modal dalam menjalankan roda bisnisnya.
“Jadi saya belum mampu produksi dalam jumlah besar karena masih keterbatasan modal dan juga sumber daya, Dalam seminggu itu saya hanya mampu buat 50 bungkus kripik pisang, dan proses pengolahannya saya masi di bantu kakak dan juga ibu saya” sebutnya.
Sehingga dirinya berharap, Pemerintah dapat memperhatikan kebutuhan pelaku usaha untuk mendorong pengembangan bisnis di situasi sulit.
“Saya memiliki keinginan kuat agar usaha saya bisa merambah ke pasar yang lebih luas dan bisa membuka lapangan pekerjaan minimal bagi desa saya sendiri, sehingga saya berharap kepada pihak terkait agar dapat memperhatikan kami sebagai pelaku usaha untuk pengembangan bisnis kami,” harapnya. *