Malang, Harianpos– Kota Malang kembali menorehkan prestasi gemilang sebagai kota inovatif dalam pengelolaan pembangunan, khususnya sektor perumahan. Melalui skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), Malang dinobatkan sebagai Kota Terbaik Delineasi Perkotaan pada peringatan Hari Perumahan Nasional (HAPERNAS) ke-17 tahun 2025 oleh Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP).
Pencapaian inilah yang menginspirasi Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, untuk menjadikan Malang sebagai tujuan studi banding.
Dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Parigi Moutong, Abdul Sahid, rombongan diterima secara resmi di Pendopo Balai Kota Malang, Senin (23/9). Turut mendampingi Ketua Komisi III DPRD Parigi Moutong H. Mastullah beserta anggota, jajaran pejabat pemkab, hingga Plt. Kadis Perumahan Andre Wijaya, ST. Dari pihak tuan rumah, hadir Kepala Bapelitbangda, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman, Kepala BPKAD, serta pejabat lintas sektor Pemkot Malang.
Asisten II Pemkot Malang, Ir. Diah Ayu Kusuma Dewi, MT, mewakili Wali Kota, menegaskan arah pembangunan daerah ini berpijak pada visi Menuju Malang Mbois dan Bergelang Mbois. Kata “Mbois” bukan sekadar keren, tetapi akronim dari: Mandiri, Berbudaya, Optimis, Indah, Sejahtera, Berkelanjutan, Kolaboratif, Efisien, Lestari, Adaptif, dan Sinergis. Visi itu diturunkan dalam empat misi utama, termasuk pembangunan lingkungan perkotaan berkelanjutan dan tata kelola pemerintahan yang transparan.
Selain visi besar, Pemkot Malang juga meramu 10 program unggulan bertajuk Dasar Bhakti Unggulan seperti Ngalam Pinter, Ngalam Tahir, Ngalam Nyaman, Ngalam Ricik, hingga Ngalam Santun. Di sektor perumahan, komitmen itu diwujudkan melalui akselerasi pemenuhan hunian masyarakat berpenghasilan rendah: tahun ini 50 rumah mendapat bantuan Rp20 juta per unit, ditambah pembahasan Ranperda Bangunan Gedung sebagai tindak lanjut PP 16/2021.
Wabup Parigi Moutong Abdul Sahid menilai, pengalaman Kota Malang sangat relevan dengan kondisi di Parigi Moutong.
“Seperti Kota Malang, kami juga menghadapi tantangan serupa: kebutuhan rumah layak bagi masyarakat serta optimalisasi aset lahan pemerintah. Kami percaya, model KPBU adalah jawaban strategis, dengan prinsip gotong royong antara pemerintah dan swasta,” ujarnya.
Kunjungan studi banding ini tak hanya berupa audiensi di pendopo. Rombongan juga diajak meninjau langsung Perumahan PNS dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Malang untuk melihat praktik tata kelola permukiman dan lingkungan secara nyata.
Diah Ayu menutup pertemuan dengan penekanan penting: studi banding harus melahirkan ruang kerja sama konkret antardaerah, bukan sekadar ajang bertukar informasi.
“Dengan semangat kolaborasi, setiap daerah bisa menghadirkan kebijakan yang inovatif dan solutif bagi masyarakat. Kami juga ingin tamu dari Parigi Moutong menikmati wisata kuliner, heritage, dan produk khas Malang, agar pertukaran pengetahuan ikut menggerakkan roda ekonomi lokal,” pungkasnya.
Sumber: Prokim Setda Parigi Moutong