Parimo, Harianpos – Anggota DPRD Sulawesi Tengah (Sulteng), Ibrahim A Hafid melakukan reses pada masa sidang kedua di Tahun Anggaran 2022 di Desa Biga, Kecamatan Tomini, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulteng, Selasa (22/02/2022).
Dalam pertemuan tersebut, Ibrahim A Hafid menjaring berbagai aspirasi dari masyarakat serta Pemerintah Desa Biga.
Salah satu warga, Erni menginginkan adanya bantuan terhadap pihaknya yang sedang menjalankan usaha abon dari ikan cakalang.
Sebab, menurut Erni, Desa Biga merupakan salah satu penghasil ikan cakalang, terlebih lagi letak desa itu berdampingan dengan laut.
“Kita punya potensi ikan cakalang yang bisa kami kelola untuk menjadi sumber pendapatan di Desa Biga dengan membuat abon ikan cakalang,”ucapnya.
Namun, usaha abon ikan cakalang tersebut, kata Erni, masih terkendala dengan modal pengadaan kemasan dan penunjang lainnya.
“Tapi kami terkendala di modal untuk kemasan dan penunjang lainnya untuk pembuatan abon cakalang,”ujarnya.
Selain itu, warga Desa Biga juga meminta adanya pembuatan talut abrasi sepanjang 350 meter karena talut yang saat ini telah rusak. Karena ketika terjadi hujan lebat pemukiman masyarakat selalu tergenang air.
Andri yang juga warga Desa Biga mengatakan, pada momen hari raya Idul Fitri banyak pengunjung singgah di pantai Biga. Sehingga, bagi dia baiknya di lokasi peristirahatan itu Anggota DPRD Sulteng dapat memberikan bantuan modal usaha.
Sementara itu, Paulus mengungkapkan di wilayah pegunungan Desa Biga masih membutuhkan pembangunan jembatan. Pasalnya, akibat tidak adanya jembatan sejumlah anak-anak kesulitan untuk menuju sekolah karena harus menyeberang sungai.
“Ada akses jalan terhambat jalur sungai karena belum ada jembatan sampai saat ini. Karena di dusun 5 ada SD terpencil jika terjadi banjir terkendala menuju sekolah,”terangnya.
Bahkan, di dusun 5, sebelumnya sudah dibuatkan pembangunan air bersih,tetapi air bersih itu tidak bisa digunakan karena bangunannya telah hancur.
“Jadi sumber airnya sekarang sudah dari sungai, padahal seharusnya bersumber dari mata air,” ucapnya.
Paulus mengharapkan, rumah ibadah berupa, masjid dan gereja kiranya menjadi perhatian Ibrahim A Hafid.
“Masjid masih dalam tahap pembangunan untuk gereja, ada gereja darurat ini yang kami sampaikan melalui bapak Ibrahim A Hafid dapat meneruskan apa yang menjadi harapan kami khususnya bagi umat muslim dan nasrani,”terangnya.
“Beberapa usulan ini kami sudah usulkan juga kepada pemerintah desa tapi karena adanya kekurangan akibat pandemi sehingga kami berharap melalui DPRD Provinsi Sulteng bisa tertangani,”katanya.
Menanggapi usulan dari Masyarakat Desa Biga, Legislator dari Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Parimo, Ibrahim A Hafid mengatakan, semua usulan perlu ditindaklanjuti secara tertulis dalam bentuk proposal.
Menurutnya, mekanisme pengusulan saat ini harus berbentuk administratif.
Ibrahim A Hafid mendukung usaha ikan abon yang sedang dijalankan masyarakat Desa Biga, karena seringkali banyaknya produksi ikan yang dijual mentah mengalami kerugian.
“Kerugian itu dapat diakibatkan over produksi dan minimnya konsumen sehingga harga ikan anjlok, akibatnya tidak sedikit ikan harus dibuang karena telah membusuk,”ujarnya.
Ibrahim A Hafid menganggap dengan mengelola ikan cakalang menjadi abon merupakan salah satu produksi agar ikan dapat dikelola secara baik dan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat serta desa.
“Kedepan masyarakat perlu mengelola abon ikan yang baik dan sesuai pangsa pasar yang kita tuju. Namun semua itu harus dibekali dengan menajemen bisnis agar usaha mengalami peningkatan,”imbuhnya.
Persoalan mengenai rumah warga yang sering tergenang air ketika hujan lebat, bagi Ibrahim A Hafid memerlukan pembangunan talut penahan abrasi. Akan tetapi, selain pembangunan bisa juga dengan alternatif penanaman pohon penahan ombak seperti bakau. Sayangnya banyak bakau yang ditebang dan tidak dimanfaatkan secara baik.
Begitu pun dengan terumbu karang, Ibrahim A Hafid menyebut, terumbu karang bisa menurunkan tekanan air laut bahkan terumbu karang merupakan tempat ikan bertelur sebab jika itu rusak, maka populasi ikan akan berkurang.
“Saya juga mengharapkan agar masyarakat Desa Biga bisa melakukan gerakan penghijauan pesisir pantai,”harapnya.
Pembangunan pariwisata Desa Biga, bagi Ibrahim A Hafid perlu dibicarakan secara bersamaan agar gagasan ini dapat terwujud secara kolektif.
“Kalau sudah terbentuk desa wisata, maka usaha rakyat akan banyak yang beli. Dan rupiah berjalan sehingga sirkulasi ekonomi di Desa Biga berjalan lancar. Strateginya bagaimana uang dari kota bisa dibelanjakan di Desa Biga,”terangnya.
Sementara untuk pembangunan jembatan di wilayah pegunungan Desa Biga kedepannya harus diketahui ukuran jembatan tersebut. Dan seberapa banyak warga yang melintasi jembatan itu dan desa yang membutuhkan jembatan sehingga pemerintah daerah merencanakan pembangunan bisa terarah.
“Apalagi karena tidak adanya jembatan sehingga siswa SD terkendala ke sekolah,”tandasnya.