Warga Soroti Mobil Patroli Polsek Diduga Dipakai Angkut Pekerja Tambang di Hulu Sungai Taopa

Parigi, HarianposAktifnya kegiatan pertambangan emas tanpa izin (PETI) di hulu sunga Taopa, kecamatan Taopa, kabupaten Parigi Moutong terus menuai sorotan publik. Puluhan alat berat di lokasi tambang tersebut beroperasi secara leluasa memperkuat dugaan sengaja dibiarkan aparat penegak hukum (APH).

Kepada Media ini, warga kembali menyoroti penggunaan mobil Patroli Polsek Moutong yang diduga dipakai mengangkut para pekerja tambang ilegal ke lokasi PETI di hulu sungai Taopa yang memperkuat indikasi adanya keterlibatan oknum aparat dibalik aktivitas yang melanggar Undang – Undang Pertambangan Mineral dan Batubara tersebut.

” (Diduga) Mobil Polsek Moutong dipake ba angkut pekerja tambang,” tulis seorang warga via WhatsApp ke Media ini sembari mengirim foto kendaraan Patroli milik Polsek diduga digunakan mengangkut pekerja tambang ilegal menuju lokasi PETI.

Berkaitan hal tersebut, Kapolsek Moutong, AKP Bobby Ismail saat dikonfimasi via WhatsApp, Rabu 14 Mei 2025 memilih tidak menjawab. Hingga berita ini diterbitkan tidak ada balasan meskipun pesan yang dikirim terlihat centang dua.

Diberitakan sebelumnya, PETI di hulu sungai desa Taopa, kecamatan Taopa, kabupaten Parigi Moutong disebut beroperasi. Berdasarkan informasi diterima redaksi media ini, setidaknya berkisar 20 alat berat dipakai mengeruk perut bumi secara ilegal, sehingga semakin memperparah kerusakan lingkungan.

Warga yang resah dan khawatir dampak bencana dari aktivitas pertambangan tak berizin tersebut pun mempertanyakan komitmen Aparat Penegak Hukum (APH) kepolisian menindak kegiatan ilegal sesuai janji Kapolda Sulawesi Tengah dan Kapolres Parigi Moutong yang “anti Ilegalitas”.

Pasalnya, akivitas pertambangan ini berlangsung secara terang-terangan seolah tak tersentuh hukum. Hal itu diduga karena adanya pembiaran dari pihak Kepolisian.

“Kami menagih janji Kapolda dan Kapolres Parigi Moutong yang baru. Janji untuk menindak tegas para pelaku Peti tanpa pandang bulu,” pungkasnya.

“Para penambang ilegal di sini terang-terangan dan seperti tidak punya rasa takut dan terkesan kebal hukum,” tambah Sumber.

Sumber mengatakan, PETI di hulu Sungai Taopa semakin diperparah banyaknya cukong yang terlibat, mulai dari mensuplai solar, sewa alat berat, hingga kebutuhan sehari-hati para kaki tangannya.

Sejumlah cukong atau pemodal dibalik PETI tersebut disebut berasal dari berbagai daerah luar Sulteng mulai dari warga Sulawesi Selatan, Kendari hingga warga Tionghoa.

“Pemodal-pemodal ini seperti FL suku bugis tapi sudah menikah dengan perempuan di Moutong, LO orang kendari tapi lama tinggal di Gorontalo dan KO WI. Ko WI hanya sekali-kali datang ke lokasi tapi dia diduga salah satu pemodal besar,” ungkap sumber.

Ia berharap, Polda sulawesi Tengah dan Polres Parigi Moutong segera menutup aktivitas Peti sebelum terjadi konflik antar warga. Apalagi, Kapolres dan Kapolda telah berjanji menutup dan menindak tegas para pelaku Peti.

“Jika Peti aktivitas Peti ini terus dibiarkan akan terjadi konflik antar warga. Karena itu kami meminta polisi segera menutup aktivitas Peti ini,” harap sumber.*

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *