Oleh: Setri Sunu Rofifah
Mahasiswa Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tidak dapat dipungkiri jika peran guru dalam mendidik dan mengajar sangat strategis dan tak tergantikan oleh apapun termasuk teknologi. Terdapat keterlibatan hati nurani guru dalam mengajar. Selain itu, yang dilakukan guru baik di kelas maupun di luar kelas tidak terlepas dari unsur pendidikan. Saat guru telah memasuki ruang kelas, maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru. Seorang guru dapat merumuskan pertanyaan kepada siswa yang memerlukan jawaban kreatif dan kritis. Sebaliknya, dengan adanya otoritas sebagai guru kemungkinan seorang guru akan tampil sebagai sosok yang dapat membosankan instruktif, dan tidak mampu menjadi idola bagi siswa.
Seorang guru dituntut untuk dapat menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi tersebut haruslah direalisasikan dan implementasikan dalam lingkungan sekolah. Hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang menjadi landasan guru dalam melaksanakan tugasnya. Uraian tersebut menyatakan bahwa profesi guru merupakan profesi yang harus dihargai secara profesional. Guru profesional merupakan guru yang melakukan pemikiran yang serius dan reflektif. Ini dilakukan agar dapat mengetahui cara mengajar dengan lebih efektif.
Nah, perlukah jiwa kepemimpinan itu untuk seorang guru? Tentunya jiwa kepemimpinan sangat diperlukan. Jiwa kepemimpinan dapat tertanam ketiga guru di kelas harus menjadi teladan yang baik bagi siswa. Mengapa dapat seperti itu? Hal ini dikarenakan semua perilaku maupun sikap guru akan dicontoh oleh siswa. Bayangkan jika yang dididik oleh seorang guru merupakan siswa dari sekolah dasar atau taman kanak-kanak, tentunya siswa dengan umur yang masih kecil tersebut belum mahir dalam membedakan perilaku baik dan tidak baik.
Tidak hanya itu, untuk menjadi pemimpin yang baik seorang guru bukan hanya memberikan teladan dalam hal sikap, tetapi juga memikirkan tentang mengajar. Guru harus mengetahui pokok mata pelajaran yang akan mereka ajarkan. Selain itu, dapat juga menyampaikan pengetahuan yang mereka miliki kepada siswa. Guru diharapkan mampu menggerakkan siswa untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama.
Kegiatan mengajar dilakukan dengan persiapan materi, persiapan menyampaikan serta mendiskusikan materi, memberikan fasilitas belajar, memberikan ceramah serta instruksi, memecahkan masalah, membimbing serta mengarahkan, dan memberikan motivasi. Pengajaran yang baik tentunya lebih penting daripada kurikulum, pengaturan ruang kelas, rekan sebaya, pendanaan , ukuran sekolah serta kelas, dan kepala sekolah. Maka, untuk merealisasikannya yang pertama guru harus memiliki pengetahuan bidang ilmu yang diajarkan secara luas dan mendalam. Kedua, guru harus memiliki itikad yang baik untuk membagi ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan siswa. Ketiga yang paling penting adalah mempunyai komitmen belajar sepanjang hayat.
Jika guru merasa yakin bahwa cara atau metode yang digunakan dalam mengajar tidak memadai apa yang harus dilakukan? Tentunya guru harus memperbaiki dengan mengikuti beberapa latihan, membaca buku terbaru mengenai keilmuan tersebut, dan mencari informasi mengenai berbagai metode terbaru dalam pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran. Semua itu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mengajar seorang guru.
Guru dapat diartikan sebagai arsitek dari sumber daya manusia. Hal ini karena guru merupakan orang yang dapat merekonstruksi atau membangun situasi. Guru mengetahui bahwa kemampuan setiap siswa berbeda satu dengan yang lain. Jadi, guru harus mampu membuat pembelajaran yang sesuai bagi siswa agar proses belajar berjalan dengan baik.
Pengetahuan tentang pokok mata pelajaran dan pengetahuan tentang cara siswa belajar merupakan hal yang harus diketahui guru. Di ruang kelas, guru berusaha menjadikan satu topik abstrak dengan mengaitkan topik tersebut dengan dunia nyata lewat contoh. Upaya-upaya tersebut dapat membuat informasi menjadi lebih bermakna bagi siswa. Tetapi pemahaman topik tergantung pada tingkatan kelas siswa atau topik yang sedang mereka ajarkan.
Maka bagaimana agar pembelajaran mampu melahirkan siswa yang berkepribadian? Yaitu dengan guru yang harus mempunyai sifat terbuka, melihat tren perkembangan zaman, mau berubah, dan berpikir alternatif. Setiap guru yang tampil semakin baik merupakan guru yang terbuka terhadap gagasan baru dan memandang pengajaran dengan kritis. Seorang guru dapat mendorong perkembangan siswa. Perkembangan siswa bertuan agar memahami adanya batas-batas perkembangan. Kemudian, memberikan bantuan secara tepat dan membiarkan siswa tumbuh melewati batas-batas perkembangannya sendiri.
Oleh karena itu, jiwa kepemimpinan guru tidak harus ditunjukkan dengan guru yang harus menjadi seorang pemimpin seperti ketua di dalam organisasi. Tetapi jiwa kepemimpinan tersebut dapat dituangkan melalui kinerja guru yang direalisasikan kepada siswa dengan proses pembelajaran yang berlangsung dengan baik dan sempurna. Seperti dapat menjadi teladan bagi siswa dan mampu memberi pembelajaran dengan sebaik-baiknya.*