Sigi, Harianpos– Kelompok masyarakat Kaili Da’a yang bermukim di Vonggo, Desa Bakubakulu, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, seakan diabaikan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
Vonggo merupakan penamaan dari salah satu wilayah dataran tinggi di Kabupaten Sigi, tempat kelompok masyarakat Suku Kaili Da’a bermukim.
Secara administrasi, Vonggo masih merupakan wilayah Pemerintah Desa (Pemdes) Bakubakulu, Kecamatan Palolo, yang berjarak sekitar 50 kilo meter dari Kecamatan Sigi Biromaru, sebagai wilayah pusat layanan Pemerintahan Pemda Kabupaten Sigi.
Dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, beranjak dari Ibu Kota Kabupaten Sigi ini, kita hanya membutuhkan waktu sekitar 50 menit di perjalanan, untuk sampai di Desa Bakubakulu.
Sedangkan, dari kawasan pusat Pemerintahan Desa Bakubakulu ini, kita masih harus melanjutkan perjalanan darat yang menanjak, untuk dapat sampai di lokasi pemukiman kelompok masyarakat Suku Kaili Da’a ini.
Berdasarkan informasi yang terhimpun mediai ini, Vonggo disebut-sebut berada pada ketinggian diatas 1000 meter dari permukaan laut. Meski hanya berjarak sekitar dua kilo meter saja, namun butuh waktu sekitar 120 menit dengan berjalan kaki, untuk sampai dititik lokasi pemukiman kelompok masyarakat Suku Kaili Da’a ini.
Sedangkan, jika kita menggunakan kendaraan roda dua, kita hanya membutuhkan waktu tempuh sekitar 45 menit saja. Namun, jarak tempuh dengan waktu tersebut, hanya dapat dilakukan jika kita menggunakan kendaraan roda dua yang telah di design khusus untuk melalui jalan yang menanjak, sempit, dengan hamparan bebatuan didalam hutan, serta berada diantara tebing gunung yang cukup dekat berdampingan dengan jurang yang nampak curam.
Kondisi geografis ini, seakan kerap membuat sebanyak 29 KK di wilayah Vonggo, berdasarkan data penduduk milik Desa Bakubakulu, merasa seakan diasingkan. padahal, jarak Vonggo dengan Ibukota Kabupaten Sigi masih cukup dekat.
Kelompok masyarakat Suku Kaili Da’a di wilayah ini, mengaku masih kesulitan untuk mendapatkan akses air bersih, jalan, hingga akses pendidikan bagi anak mereka.
Hal itu seperti disampaikan Toro, salah seorang anggota kelompok masyarakat Suku Kaili Da’a diwilayah tersebut, saat media ini menyambangi kediamannya, Minggu (16/04).
“Biasanya kita tidak paham apa itu orang (orang lain) sampaikan ke kita (saya). Yah, agak sulit lah kita bicara dengan orang-orang dikl kampung,” ujarnya.
Parahnya lagi, Toro menceritakan, dirinya pernah memilih untuk tidak pergi ke Poskesdes saat dalam kondisi sakit, karena merasa malu dan tidak percaya diri untuk berkomunikasi dengan sejumlah warga disekitar lingkungan Poskesdes yang terletak dekat dengan kantor Desa Bakubakulu.
Akibat hal itu, kata Toro, ia memilih untuk mengkonsumsi obat yang hanya didapatnya dari warung, tanpa mendapatkan pemeriksaan terlebih dahulu.
Selain malu, kata Toro, kondisi tubuhnya yang sedang sakit saat itu, terasa sulit untuk dapat berjalan sejauh sekitar 2 KM.
“Apalagi kalau pulang dari sana, (Poskedes), jalan kaki, mendaki lagi. Kalau rasa tidak sembuh minum obat, biasanya berobat kampung,” terangnya.
Kondisi tersebut pun telah disampaikan sejumlah anggota kelompok masyarakat Suku Kaili Da’a ini, saat dialog dengan sejumlah pejabat teras di Kabupaten Sigi bertempat di wilayah Vonggo ini.
“Sudah lama ini tapi tidak ada juga mereka datang perhatikan kita. Katanya Pemerintah, setelah dialog itu langsung membantu. Tapi sampai sekarang tidak ada mereka datang” pungkasnya.***