Parigi, Harianpos – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) melalui Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) menggelar sosialisasi pendidikan inklusif bagi jenjang sekolah dasar.
Kegiatan yang berlangsung di Aula Disdikbud ini dilaksanakan selama dua hari, mulai 17–18 Juli 2025, dan diikuti oleh 425 kepala sekolah dasar se-Kabupaten Parimo.
Kepala Bidang GTK Disdikbud Parimo, Farid Ali Buraera, menegaskan bahwa pendidikan inklusif sangat penting untuk diterapkan di sekolah, terutama bila terdapat Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di lingkungan pendidikan tersebut.
“Pendidikan inklusif penting bagi guru untuk diterapkan di setiap sekolah bila terdapat Anak Berkebutuhan Khusus. Guru dan kepala sekolah harus mampu memberikan pendampingan agar mereka dapat belajar secara optimal,” ujar Farid saat ditemui sejumlah awak media, Kamis (17/7/2025).
Menurutnya, peran kepala sekolah dan guru tidak sebatas mengelola kegiatan belajar di ruang kelas. Mereka juga harus berperan sebagai pendamping sekaligus pemberi pemahaman bagi orang tua wali murid, terutama terkait cara mendukung anak-anak berkebutuhan khusus agar dapat berkembang secara maksimal.
“Tugas kepala sekolah bukan hanya di lingkungan sekolah, tetapi juga memberi pemahaman kepada orang tua wali tentang bagaimana mendampingi ABK. Demikian pula guru, harus memiliki kesabaran dan keterampilan khusus dalam mendampingi siswa,” terangnya.
Farid menambahkan, program pendidikan inklusif merupakan salah satu prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Pemerintah pusat bahkan mendorong pengembangan model pendidikan ini dengan menyiapkan unit layanan disabilitas di setiap daerah.
Selain dari jajaran Disdikbud Parimo, sosialisasi ini juga melibatkan widyaiswara Balai Guru dan Tenaga Kependidikan Sulawesi Tengah selaku Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal. Kehadiran narasumber ini diharapkan dapat memperkuat pemahaman kepala sekolah mengenai praktik pendidikan inklusif.
Pelaksanaan sosialisasi dibagi menjadi dua gelombang. Hari pertama diikuti oleh 213 kepala sekolah, sementara sisanya mengikuti pada hari kedua. Setelah kegiatan selesai, Disdikbud Parimo akan menindaklanjuti dengan mendata guru yang direkomendasikan masing-masing sekolah untuk dipersiapkan sebagai tenaga pembimbing khusus ABK.
“Setelah kegiatan ini, kami akan mendata guru yang direkomendasikan pihak sekolah sebagai tenaga pembimbing khusus. Selanjutnya, hasil pendataan akan kami serahkan ke bidang manajemen Sekolah Dasar dan SMP untuk ditindaklanjuti,” jelas Farid.
Melalui program ini, Disdikbud Parimo berharap sekolah-sekolah dasar di daerah tersebut semakin siap dalam mewujudkan lingkungan belajar yang ramah bagi semua anak, termasuk bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Hal itu sejalan dengan komitmen pemerintah dalam memberikan akses pendidikan yang adil, merata, dan berkualitas.
“Pendidikan inklusif bukan sekadar program, tetapi komitmen bersama agar tidak ada anak yang tertinggal dalam memperoleh haknya untuk belajar,” pungkas Farid.